Namanya Jamila tapi sering di
panggil Mila oleh teman-temannya, ia bersekolah di SMP deket rumahnya. Pada
saat itu adalah saat-saat menunggu kelulusan....
Yang namanya perpisahan memang selalu membuat kita merasa sedih. Kadang
kita juga suka tidak menerima akan adanya perpisahan ini. Tetapi inilah yang
namanya hidup , dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tetapi tidak semua
perpisahan berarti kita tidak dapat bertemu dengan orang yang kita sayang
kembali. Sama seperti kisahku ini, perpisahan terbesar ku yang membuat aku
sangat sedih adalah ketika harus berpisah dengan sahabatku Salsa. Bukan
berpisah karena maut yang memisahkan atau pergi ketempat yang jauh yang
menyulitkan kita bertemu, tetapi berpisah karena kita harus menempuh pendidikan
yang lebih tinggi.
Saat aku harus berpisah di
SMP rasanya sedih sekali berpisah dengan Salsa bahkan bukan dengan Salsa saja
aku merasa sedih berpisah tetapi dengan teman-teman yang lain aku juga merasa
sangat kehilangan. Tetapi karena teman terdekat ku adalah Salsa jadi aku merasa
sangat sedih. Mungkin aku bisa dibilang lebay tetapi inilah kenyataan nya. Aku
memang sangat sedih berpisah dengan Salsa karena aku dan dia menghabiskan waktu
tiga tahun bersama-sama. Orang tua kami pun sudah mengenal kita satu sama lain.
Kita sudah seperti saudara kandung.
Kemana-mana selalu berdua. Dan
aku sadar dengan perpisahan ini kita engga akan bisa ngumpul sesering seperti
dulu saat kami masih berada dalam satu sekolah. Karena pasti masing-masing kita
sudah disibukkan dengan kegiatan sekolah diSMA yang pasti lebih banyak dari
pada diSMP. Tetapi aku percaya aku dan Salsa akan tetap menjadi sepasang
sahabat selamanya.
Mungkin semua kejadian yang
aku lakukan bersama Salsa sangat berkesan dan tidak dapat dilupakan. Tetapi
menurutku kejadian yang paling berkesan saat aku bersama Salsa adalah ketika
aku dan Salsa ingin pergi hangout keMargo City. Inilah ceritanya…..
Hari minggu yang cerah. Aku sedang bersantai menikmati minggu yang
sangat kutunggu-tunggu disela kesibukan sekolah yang sangat padat membuat aku
sangat jenuh akan sekolah. Tetapi disela kejenuhan itu ada Salsa yang selalu
ada membuat suasana menjadi tidak membosankan lagi. Dan itulah sifat Salsa yang
sangat aku suka.
Handphone ku berdering-dering pertanda ada telepon masuk. Segera
kubangkit menggambil benda munggil itu dimeja rias. Dan ku melihat nama Salsa
yang tertera dilayar handphone ku. Segera saja aku menggangkat telepon dari
Salsa.
“Assalamualaikum saa, ada apa telepon aku pagi-pagi begini? Kangen ya,
hehe” kataku sambil bercanda.
“Wallaikumsallam mill, wah seperinya kamu benar aku kangen kamu hehe.
Temani aku yuk keMargo City aku mau membeli kado untuk umi”
“wah, memang ulang tahun umi kapan? Perasaan masih lama.”
“iya, memang ulang tahun umi masih lama. Aku ingin membelikan umi hadiah
karena sebentar lagi kan hari ibu mil.
Lupa ya.”
“ooh iyaaya. Hmm, yaudah memang kamu mau membelikan umi apa? Kita kesana
mau naik apa sa?”
“aku belum tau mau membelikan umi apa. Naik motor aja yuk, tapi nanti
kita jangan lewat jalan raya. Kita lewat stasiun Pondok Cina saja”
“loh? Memang kamu tau jalan lewat stasiun Pondok Cina? Aku tidak tau
loh.”
“aku pernah sih lewat jalan stasiun Pondok Cina tetapi sudah lama, aku
sudah lupa hehe.”
“ya trus bagaimana?”
“yaudah nanti kita tanya-tanya orang yang lewat saja mil. Bagaimana?”
“hmm, yaudah deh kalau begitu sa. Kita berangkat jam berapa?”
“aku tunggu di stasiun Citayam ya. Jam 10. Oke?”
“oke sa. See you.”
“ok bye”
Segera aku mandi dan bersiap-siap diri.
Jam sudah menunjukan pukul
09.50 dan aku sudah berada distasiun Citayam menunggu Salsa datang. Lima menit
kemudian Salsa datang. Segera saja aku naik kemotornya. Disepanjang perjalanan
aku bercanda-canda dengan Salsa, sampai akhirnya aku tersadar aku tidak tahu
sudah berada didaerah mana, dan aku belum pernah melewati sebelumnya.
“saaa, kita sedang dimana ya? Coba berenti sebentar” Tanyaku khawatir.
“ooh, iya mil. Kita dimana yaa? Sepertinya tadi aku salah mengambil
jalan ditikungan sebelah sana.”
“hmm, tidak ada orang disekitar sini. Kita puter balik aja yuk mil. Aku
takut disini sepi sekali.”
“hmm, oke mil.”
Lalu Salsa memutar balikkan motornya kejalan yang sudah kita lewati
tadi. Tapi perasaan ku kita tidak melewati jalan ini. Aku dan Salsa sudah
kebingunggan dan khawatir. Saat aku dan Salsa sedang berhenti didekat pohon
beringin yang besar. Ada bapak tua sedang ber jalan, segera saja aku dan Salsa
bertanya dengan bapak tua itu.
“permisi pak, maaf saya mau bertanya.”
“ooh, iya mau bertanya apa ya dik?”
“kita ini sedang ada di daerah mana ya pak?”
“ini ada di belakang stasiun UP dik. Memang adik mau pergi kemana?
“saya sama temen saya ini ingin pergi keMargo City pak. Apakah bapak tau
jalan kesana?”
“ooh, adik mau keMargo City. Adik puter balik aja ngikutin tikungan
sebelah kiri. Nanti ada gerbang masuk ke UI adik masuk aja, lurus aja mengikuti
jalan sampai nanti ada fakultas gizi ada gerbang kecil, nah adik masuk saja
kedalam gerbang itu. Gerbang itu menghubungkan UI dengan stasiun Pondok Cina
dik. Nah nanti adik lurus aja ngikutin jalan. Tanya saja sama orang yang ada
disana. Adik sudah ada diPondok Cina.”
“Hmm, begitu ya pak. Makasi ya pak atas bantuan nya, permisi pak”
“iya dik sama-sama”
Lega sekali perasaan ku saat ternyata tadi kita salah belok saat
tikungan itu. Dan ternyata bapak itu benar. Setelah mengikuti semua intruksi
dari bapak tadi, akhirnya kita sampai distasiun Pondok Cina dan kita segera
menitipkan motor dipenitipan motor disana. Karena jika kita mau keMargo City
kita harus menyebrangi Detos.
Sesampainya diMargo City aku
dan Salsa duduk didekat toko sepatu sport. Aku tertawa melihat muka Salsa yang
sudah sangat ketakutan karena Salsa adalah tipe orang yang gampang panikan. Dan
saat panik itu muka Salsa yang putih akan berubah merah seperti udang rebus dan
itu sangat lucu sekali. Salsa langsung saja memukul lengan ku karena dia
menyadari dari tadi aku menertawakan wajahnya yang berubah merah itu.
Kemudian aku dan Salsa
menghampiri sebuah took tas. Dan Salsa menemukan sebuah tas yang menurut dia
cocok untuk umi dan tak lupa dia menyanyakan pendapatku tentang tas itu. Salsa
memang selalu meminta pendapat orang lain tentang apa yang dia lakukan dan apa
yang ia kerjakan.
Dan aku juga menemukan sebuah sepatu yang menurutku cocok untuk
kuberikan kepada bundaku. Setelah membeli hadiah untuk ibu kita masing-masing.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.00. Lapar sekali perut ini setelah mencari
hadiah untuk umi dan bunda, Kemudian kita makan diSolaria. Sesudah makan aku
dan Salsa pulang kerumah. Tetapi saat perjalanan kepenitipan motor aku bertanya pada Salsa apakah dia masih ingat
akan jalan pulang nya. Salsa sangat tau sekali aku sangat pelupa dengan
jalan,aku tidak dapat menghafal jalanku jika aku tidak melewatinya setiap hari.
Itu lah aku hehe.
Hari sudah memunjukan pukul 16.30
dan hari terlihat sudah mendung pertanda akan turun hujan. Aku dan Salsa
cepat-cepat keluar dari mall. Sesudah kita keluar dari penitipan motor itu,
kita melewati gerbang kecil didekat fakultas Gizi. Tetapi karena suasana sudah
hujan dan hujan cukup deras Salsa tidak dapat melihat jalan dengan baik.
Kemudian kita berenti didekat rumah makan ayam bakar untuk berteduh karena
derasnya hujan yang turun.
“saa, sepertinya tadi kita tidak melewati rumah makan ini deh?” Tanyaku
pada Salsa.
‘iya nih mil, aku juga sedang berfikir sepertinya tadi kita tidak melewati rumah makan ini. Masa iya kita tersasar dua kali seperti ini mil. Mana hari sudah hujan lagi.”
‘iya nih mil, aku juga sedang berfikir sepertinya tadi kita tidak melewati rumah makan ini. Masa iya kita tersasar dua kali seperti ini mil. Mana hari sudah hujan lagi.”
“yatrus gimana sa? Aku tidak mengerti jalan ini.” Aku melihat raut muka
khawatir Salsa. Aku tidak ingin menyalahkan dia karena dia yang menyetir dan
menyebabkan kita tersasar dua kali seperti ini.
“aku juga gak tau mil.” Sahut Salsa sedih.
Aku menyesal telah berkata tadi, kemudian aku merayu Salsa agar dia
tidak sedih.
“yaudah lah saa. Kita tanya pada orang yang lewat saja.” Ucapku sambil
tersenyum. Aku tak suka melihat Salsa sedih.
Waktu sudah menujukan pukul 17.30 sudah satu jam kita menunggu hujan
berhenti, dan karena lumayan derasnya hujan tidak ada yang lewat didaerah itu.
Rumah makan itu pun tidak ada penggunjungnya. Mungkin sudah tutup. Aku berdoa
semoga ada orang yang lewat dan menolong kita. Hari sudah gelap aku dan Salsa
sangat ketakutan. Kemudian aku menelpon papahku. Tetapi karena aku tidak tahu
sedang berada dimana papahku pun bingung
mau jemput dimana karena tidak tahu keberadaan ku saat ini. Setelah hujan sudah
mulai berhenti ketika kita ingin melanjutkan perjalanan pulang, kita bertemu
dengan Gilang teman satu kelas kita. Alhamdulillah sekali jalan rumahnya satu
arah dengan arah rumah ku dan rumah Salsa. Akhirnya aku mengikuti Gilang dari
belakang motornya.
Aku dan Salsa sangat
bersyukur bertemu dengan gilang didaerah itu. Sesudah sampai dirumah segera aku
membersihkan diri dan mengganti baju ku yang basah. Sesudah selesai
membersihkan diri aku merebahkan tubuhku ketempat tidur. Aku sedang
membayangkan kejadian tadi siang. Aku tak habis fikir mengapa aku dan Salsa
dapat tersasar dua kali seperti itu. Itu memang kejadian yang tak terduga. Tak
berapa lama handphone ku berbunyi dan ku melihat ternyata ada SMS dari Salsa,
segera kubuka pesan pendek itu.
“Jangan kapok
pergi denganku lagi ya kawanJ” itulah sms dari Salsa.
Aku hanya
tersenyum-senyum membaca dan membayangkan akan kejadian tadi siang. Akan jadi
apa jika tidak ada Gilang tadi. Tak terasa mataku sudah sangat berat sekali.
Aku pun terlelap tidur karena kecapean dan keseruan tadi siang. Makasii untuk
hari ini ya Salsa. Kejadian yang tak bisa kulupakan. Kau memang sahabatku yang
terbaikJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar