Minggu, 04 November 2012

Manusia Sebagai Makhluk Sosial



MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Pada dasarnya  kita hidup sebagai manusia dituntut untuk hidup bersosialisasi.Karena manusia pada kodratnya merupakan mahluk sosial,yang dimana tidak dapat hidup sendiri melainkan saling membutuhkan satu sama lain.Sebagai Contoh ,Dalam sebuah tempat kerja atau boleh kita sebut sebagai kantor, Dimana terdapat banyak aspek sosial yang terjadi didalamnya,entah itu hubungan antara atasan dengan bawahan,ataupun teman satu pekerjaan.Di sebuah kantor ini masing-masing individu memiliki bagiannya sendiri dalam mengerjakan pekerjaannya,Dan setiap individu tersebut saling membantu serta saling membutuhkan satu sama lainnya.Sebagaimana seorang atasan atau bos membutuhkan tenaga kerja,atau seorang bawahan untuk dipekerjakan dan membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan agar dapat menghasilka sesuatu yang benefit bagi keduanya.Begitupula sebaliknya,seorang bawahan membutuhkan pekerjaan sehingga akhirnya bisa mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.Itulah sebagian contoh kecil bagaimana seorang manusia hidup bersosialisasi di dalam atmosfer  dunia pekerjaan.Namun,kehidupan bersosialisasi yang sesungguhnya terdapat dan terbentuk di dalam kehidupan sebuah keluarga yang dimana terdapat ayah,ibu,kakak maupun adik.Pada dasarnya setiap individu pastinya memiliki sebuah keluarga untuk bergantung.Di dalam sebuah keluarga inilah terbentuk karakter dari masing-masing individu.Karena,pada dasarnya hubungan di dalam sebuah keluarga lebih erat dibanding dengan hubungan di sebuah pekerjaan maupun hubungan lainnya.
Manusia sebagai mahluk individu juga sangat erat kaitannya dengan kehidupan bersosialisasi.Karena bagaimanapun manusia sebagai mahluk individu dituntut untuk mencukupi kebutuhannya dan melakukan kegiatan-kegiatannya or doing its personal life (in person/personal life).Namun kembali ke dalam paragraf awal yang dimana menyatakan “manusia saling membutuhkan satu sama lainnya” .Inilah yang mendasari adanya hubungan antara manusia sebagai mahluk individu dengan mahluk sosial,Karena dalam mencukupi kebutuhan hidupnya setiap manusia memerlukan bantuan orang lain.Oleh sebab itu,pada dasarnya “Tidak ada Individu yang dapat hidup sendiri tanpa adanya sebuah sosialisasi dan Tidak ada Individu yang dapat menghidupi dirinya tanpa uluran tangan dari orang lain”.
Manusia adalah mahluk sosial. telah menyadarkan kita bahwa manusia diciptakan untuk hidup bersosial . Oleh karena itu kita tidak dapat hidup sendirian dalam kehidupan kita . Kita membutuhkan teman , saudara bahkan juga masyarakat disekitar kita . Masyarakat disekitar jugalah yang membentuk kebudayaan yang lahir disekitar kita. Bahasa , religi serta hasil kebudayaan lainnya telah diciptakan oleh masyarakat sekitar untuk kehidupan yang lebih baik .

Sadar atau tidak , kebudayaaan diatas itulah yang turut membentuk kepribadian seseorang yang tinggal dan bersosial dengan masyarakat yang membentuk hasil kebudayaan tersebut . Bahasa , religi dan masyarakat tersebutlah yang turut serta membentuk kepribadian seseorang dari ketika dia bersosialisasi dengan masyarakat itu .
Begitu juga dengan kepribadian yang saya miliki . Bahasa , religi maupun masyarakat yang ada disekitar saya telah banyak mempengaruhi kepribadian yang saya miliki . Bahasa yang digunakan sebagian besar masyarakat sekitar saya adalah Bahasa betawi di campur dengan dengan sunda Sehingga kepribadian saya juga menjadi seperti kebanyakan orang yang dianggap sopan dan ramah . Bahasa sehari-hari itulah yang membuat saya merasa menjadi ingin berperilaku seperti orang lain pada umumnya . Dari cara bertutur kata , berperliaku , maupun mengungkapkan perasaan maupun pikiran pun saya terbawa dalam konteks bahasa sehari-hari saya .
Religi yang dianut oleh masyarakat sekitar saya juga ikut berpengaruh dalam kepribadian yang saya miliki . Walaupun saya rasa tidak besar , namun religi yang dianut oleh masyarakat sekitar saya menjadi satu bagian dalam kepribadian yang saya miliki . Religi atau agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat disekitar saya adalah Islam. Tapi tidak semua masyarakat di sekitar saya beragama islam, ada juga yang beragama Kristen., tetapi itu tidak menjadi sebuah konflik dalam kehidupan sosial saya dengan masyarakat sekitar . Kenyataan itu justru menimbulkan rasa saling menghormati antar pemeluk agama dan tidak menjadi pembatas hubungan sosial saya dengan masyarakat sekitar . Hal itu membentuk pribadi saya untuk menghormati orang lain , bertenggang rasa dan berhubungan baik dengan masyarakat walaupun berbeda.
Masyarakat juga membentuk pribadi saya cukup besar . Kelakuan dan adat istiadat dari masyarakat saya itulah yang membentuk pribadi saya yang terbuka dengan orang lain , mudah bergaul dan suka bergotong royong .Semuanya seperti yang ditunjukkan masyarakat kepada saya sehari-harinya . Dari kenyataan-kenyataan itu , dapat saya timbulkan bahwa manusia memiliki kepribadian yang mencontoh masyarakat serta kebudayaan sekitar . Walaupun tidak semuanya menjadi aspek pembentuk kepribadian , namun dirasakan cukup besar pengaruhnya . Dengan demikian terbukti kalau unsur-unsur kebudayaan seperti religi , bahasa dan juga masyarakat telah ikut membentuk kepribadian yang saya miliki .
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a.         Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.         Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c.         Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.         Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.


     Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1.         Dorongan untuk makan.
2.         Dorongan untuk mempertahankan diri.
3.         Dorongan untuk melangsungkan jenis.

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

     Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.


    Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.


 Kesimpulan :
Kesimpulan dari makalah ini adalah hakikat manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipungkiri lagi. Manusia membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupan di dunia ini begitu juga manusia membutuhkan Tuhan untuk memperoleh ketenangan jiwa. Tanpa mempercayai Tuhan manusia tidak akan merasakan ketenangan melainkan kegelisahan dalam hidupnya.